Minggu, 16 September 2012

"Air yang Tak Pernah Bertanya"

“Air yang tidak pernah bertanya”
mampukah kita seperti itu...???
Air tidak pernah bertanya kepada yang telah Menciptakannya.. "Kenapa aku dijadikan air?"
Airpun tidak pernah bertanya.. "Aku akan dialirkan kemana dan akan sampai dimana"
dan Air tidak pernah protes kepada siapa yang telah ikut menumpanginya..
dari Batang kayu.. Rumput.. Sampah.. bahkan kotoran sekalipun..
Kadang ia berada ditempat yg rendah..
Kadang ia berada ditempat yg tinggi..
Ketika air menjadi air yg mampu mensucikan.. 
Dia tidak menjadi sombong karnanya
Atau ketika air itu menjadi air comberan sekalipun.. 
Dia tidak pernah mempertanyakan dirinya
"Kenapa dia diperlakukan spt itu.."
Air telah memahami perannya sebagai Air
 dan memahami kehendak Sang Maha Kehendak yang telah menghendakinya 
menjadi apapun yang dikehendaki_NYA
 
Sahabat2ku…kisah diatas mengajarkan kepada kita keikhlasan dalam menjalani hidup seperti air yang tidak pernah bertanya dan tidak pernah protes pada Allah yang menciptakannya, apakah dia, ditempatkan dimana, bersama apa/siapa, dan bagaimana pun keadaannya.

Sahabat2ku, hidup kita tidak selamanya selalu berada diatas, suatu saat kita berada di posisi puncak dan kadang pada saat lainnya kita berada di posisi terendah dan terpuruk. Semua itu karena perguliran roda kehidupan tidak bisa kita tolak, karena kehidupan bukan kita yang punya dan bukan kita yang mengendalikan. Kadang kehidupan kita suka berjalan bertolak belakang dengan yang kita inginkan.

Tapi jika kita bisa menyikapi semua yang terjadi dalam hidup kita dengan sabar dan penuh ketawakalan, maka insya Allah apapun keadaan kita tidak akan membuat kita tertekan, baik itu saat kita berada diatas, atau terpuruk dibawah, baik itu saat kita dalam kelapangan atau dalam kesempitan. Kita tidak akan pernah mempertanyakan "mengapa Allah menempatkan pada posisi yang tidak menyenangkan", kita juga tidak akan pernah protes pada Allah mengapa Allah menghadapkan kita pada kenyataan hidup yang kita rasakan berat dan menyakitkan kita.

Semua itu karena kita yakin bahwa apapapun keinginan dan segala sesuatu yang menurut kita baik, tetapi jauh lebih baik pengaturan Allah untuk kita dan semua juga karena kita mampu untuk selalu berbaik sangka terhadap segala ketentuanNya untuk kita. Allah yang memiliki diri kita, sangat tahu apa yang paling baik dan paling cocok dan yang paling dibutuhkan setiap hambaNya. Kalau kita masih merasa berat dengan pilihan, pengaturan dan ketentuan Allah untuk kita, itu semua dikarenakan kita masih menurutkan hawa nafsu kita, sifat egois kita dan karena tidak adanya baik sangka dan lemahnya iman kita serta karena tidak adanya ketawakalan terhadap ketentuan takdirNya.

Jika kita mampu untuk selalu bediri diatas landasan "Laa haula wa laa quwwata illaa billaah", maka kita akan mampu seperti air yang tetap tawadhu dan qana'ah serta rela dan ikhlas bagaimanapun posisinya dan bagaimanapun ia telah bermanfat bagi orang disekitarnya. Kita akan tetap rendah hati dan tidak merasa bahwa bermanfatnya kita untuk orang lain adalah hasil usaha kita sendiri, karena semua yang mampu kita lakukan adalah atas bantuan, pertolongan dan izin Allah SWT.

Sahabat2ku, berbicara tentang filosofi air yang terkait dengan dengan masalah filosofi hidup kadang berkaitan erat dengan cara pandang, cara berpikir, dan cara menilai kita pada satu objek tertentu. Menurut kita pesan yang tersirat dibalik setiap objek tertentu begini, tetapi kadang orang lain tidak sependapat dengan kita.

Air adalah benda cair, benda yang mempunyai sifat tidak tetap dan selalu mengikuti wadahnya. Jika kita lihat dan artikan dalam sudut pandang positif, baik sekali jika kita selalu bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dan lingkungan kita. Dan dalam kaitannya dengan realita hidup, jika kita mengikutinya, maka kita akan dapat menerima dengan ikhlas, rela dan menyikapi semua yang terjadi dengan porsi yang tepat, tidak berlebihan atau menetralisir keadaan, mampu mengubah sudut pandang terhadap realita yang ada, tenang dan tawakal,

"Air adalah benda cair yang selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah", Namun, jangan pandang hal ini dalam pengertian yang negatif, dengan mengartikannya kalau kita seperti air, maka kita akan cenderung ke bawah, bukan keatas, cenderung mundur, bukan maju. Tapi lihatlah dari sisi positifnya, air mengajarkan kita untuk selalu ingat ke bawah, ini bertujuan agar kita tidak menjadi sombong dan lupa diri dan merasa bahwa diri ini sudah terlalu tinggi sehingga lupa dengan yang rendah, oleh karena itu air mengajarkan untuk selalu down to earth.

Jadi jangan salah mengartikannya dengan hidup seperti air mengalir tak ubahnya seperti sebuah kepasrahan diri “terserah zaman mau membawa saya kemana”. Air yang mengalir harus diarahkan dan diatur alirannya supaya tidak membahayakan, merugikan dan sia2. Demikian halnya hidup kita, harus terarah, tidak merugikan, dan yang pasti hidup kita tidak sia-sia.

Air mempunyai sifat selalu mengalir seperti orang yang memegang filosofi "biarkan kehidupan ini mengalir bagaikan air", namun bukan berarti mengalir tanpa arah. Seperti air yang mengalir untuk mencari hulu dan hilirnya dengan berbagai perjuangan untuk menerjang area-area yang sulit untuk mencapainya. Begitupun dengan manusia, mengalir untuk mendapatkan suatu tujuan melalui proses yang penuh perjuangan untuk mewujudkan mimpinya, berusaha untuk mencapai hulu dan hilirnya, dan yang pasti seperti air yang tak pernah pecah.  Mari kita jadikan diri ini kuat, untuk mencapai ridha Allah dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Sifat Air lainnya adalah mempunyai sifat halus dan lembut tapi tegas. Air bisa datang dalam jumlah yang sangat besar tapi juga bisa dengan cepat hilang tanpa jejak. Air adalah materi di muka bumi ini yang paling lembut. Setiap kita sentuh ia sangat halus, karena halusnya itu kita tidak bisa mengukur seberapa tebal ukuran inti air. 

Tetapi, meskipun air terlihat dan terasa begitu tenang, lembut dan menyejukan, manakala ia “bertindak atas perintah Allah SWT” untuk memberikan peringatan kepada umat manusia maka efeknya sangat dahsyat. Ia mampu meluluhlantahkan dunia lebih dari sebuah bom atom. Pelajarannya yang bisa kiita ambil disini adalah kita harus menjadi pribadi yang lemah lembut, santun, tenang menentramkan, tapi punya ketegasan yang tidak bisa disepelekan dan direndahkan.

Sahabat2ku, bagaimana kita selama ini sudah mampukah kita seperti air yang bisa menerima dan menjalani semua ketentuan takdir Allah yang tidak menyenangkan bagi kita dengan penuh kerelaan, keridhaan tanpa banyak keluh kesah dan tidak protes atau mempertanyakan takdirNya?
Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya dengan jujur...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar